Kenapa sekarang semua terlihat menjauh? Katanya jadilah diri sendiri,
tapi ketika aku menjadi sendiri, segalanya jadi sepi. Ketika aku ingin
mendekat kembali, semua pergi. Hampir setiap malam kita berbicara, tak
ada rasa. Hambar. Aku melihatmu tersenyum kecut, sembari menolak
permintaanku untuk bicara. Sebagai manusia. Sebagai dua makhluk sosial
yang sering bersua tapi jauh di hati.
Aku tidak mengerti. Kata teori, berdirilah untuk sesuatu, meski itu artinya kau harus berdiri
sendirian. Tapi realita tak seindah kata-kata. Semua dilema. Karena
kini teori sudah tak lagi berguna. Basa-basi semata. Buku-buku tebal
kini cuma tumpukan sampah. Aku pun masih ingat semalam kau katakan untuk
jangan banyak-banyak merenung. Kau sering katakan hati-hati dijalan dan
tak lupa cepat sembuh saat sakit. Aku sadar, aku tau, kau peduli.
Sampai sekarang aku takmengerti, entah terlambat atau tepat. Mungkin
kita sudah keburu jauh di persimpangan jalan.
Aku terlalu mudah
emosi, dan larut didalamnya. Dan kini lidahku tertekuk, tak dapat lagi
mengatakan apa-apa. Kini serasa aku menusuk ulu hatiku, dengan pisau
yang kubuat sendiri. Kalau kita tak dapat lagi bicara sebagai manusia,
dapatkah kita bicara kembali sebagai jiwa yang tak bernyawa?
Siapapun kau, aku minta maaf
Penantian, 1 Maret 2014